tag:blogger.com,1999:blog-27566379760796094982023-06-20T05:51:25.205-07:00CARA PENGELASAN 3GDENY ASNANDARhttp://www.blogger.com/profile/15101239683059883077noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-2756637976079609498.post-62519374843473990502012-12-12T05:10:00.003-08:002012-12-12T05:15:47.820-08:00<b> CARA PENGELASAN 3G</b><br />
<br />
<b>1. Menjelaskan gambar dan simbol las dengan benar<br />
</b><br />
Gambar dan simbol las wajib dipahami oleh seorang juru las (welder).
Juru las dalam kegiatan kerjanya harus mengacu pada ketentuan yang telah
diatur pada gambar atau bagan konstruksi. Jika hal ini tidak dilakukan
maka dampak yang mengiringinya adalah sangat besar, misal : terjadinya
kesalahan konstruksi yang mengakibatkan gagal produk dan tidak dapat
digunakan. Kesalahan dalam hal proses yang mengakibatkan terjadinya
cacat pada hasil pengelasan. Contoh gambar dan simbol las dapat
ditunjukkan di bawah ini :<br />
<a href="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/symbol-las-pipa.jpg"><img alt="" class="aligncenter wp-image-263" height="238" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/symbol-las-pipa.jpg?w=417&h=238" title="symbol las pipa" width="417" /></a><br />
Berdasarkan gambar dan simbol las di atas, seorang welder harus mampu
menterjelahkan dalam bahasa pekerjaan (teknis) apa yang dimaksud dari
gambar tersebut. Dengan demikian welder akan dapat mempersiapakan segala
sesuatunya untuk proses pengelasan. Arti dari gambar dan symbol di atas
adalah : Pekerjaan pengelasan pipa menggunakan proses las SMAW, pipa
ditempatkan pada meja las posisi miring 45 derajat, kampuh pengelasan
yang harus disiapkan adalah menggunakan kampuh V, dengan ketentuan : <img alt="butt-joint2" class="aligncenter size-full wp-image-141" height="146" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/butt-joint2.jpg?w=186&h=146" title="butt-joint2" width="186" />Proses
pengelasan dilakukan dari bawah ke atas, benda yang dilas diam (tidak
boleh dipindah atau diputar) dilepas dari tempatnya, hasil pengelasan
cembung dan pengujian hasil lasan dilakukan secara visual (visual test).
Hasil dari pengelasan tersebut seperti berikut : <img alt="hasil-6g2" class="aligncenter size-full wp-image-147" height="160" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/hasil-6g2.jpg?w=230&h=160" title="hasil-6g2" width="230" /> <b>2. Menjelaskan teknik pengoperasian alat utama, alat bantu dan alat keselamatan kerja sesuai dengan ketentuan</b><br />
Alat-alat las SMAW dibedakan menjadi 3 kelompok,<br />
<ol>
<li>alat utama</li>
<li>alat bantu dan</li>
<li>alat keselamatan kerja</li>
</ol>
Alat utama las SMAW yaitu :<br />
<ul>
<li>Kabel tenaga</li>
<li>Trafo las (generator)</li>
<li>Kabel massa</li>
<li>Kabel elektroda</li>
<li>Pemegang elektroda</li>
<li>Penjepit massa</li>
</ul>
Alat batu las SMAW antara lain :<br />
<ul>
<li>Meja las</li>
<li>Palu terak</li>
<li>Palu konde</li>
<li>Gerinda tangan</li>
<li>Mistar baja</li>
<li>Sikat baja</li>
<li>Ragum</li>
<li>Kikir</li>
<li>Penjepit benda kerja</li>
</ul>
alat keselamatan kerja las antara lain :<br />
<ul>
<li>Helm las (topeng las)</li>
<li>Kaca las hitam</li>
<li>Kaca las putih</li>
<li>Apron (pelindung dada)</li>
<li>Baju kerja</li>
<li>Sarung tangan</li>
<li>Sepatu kulit kapasitas 2ton</li>
<li>Masker</li>
</ul>
<div style="text-align: center;">
<img alt="peralatan-las" class="size-medium wp-image-156 aligncenter" height="294" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/peralatan-las.jpg?w=401&h=294" title="peralatan-las" width="401" /></div>
Alat utama las busur manual dalam pengoperasiannya harus sesuai SOP yang berlaku.<br />
1. Kabel tenaga<br />
Pemilihan kabel tenaga yang digunakan untuk menginstal disesuaikan
dengan bebannya (trafo las nya) berupa ampere dan tegangan input trafo
las. Hal ini menyangkut ukuran kawat, panjang kabel, dan jenis kawatnya
(serabut/tidak). Selanjutnya dalam menginstall harus kuat dan tidak
mudah lepas, sehingga aliran listrik dapat mengalir maksimal dan tidak
panas.<br />
2. Trafo las<br />
Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus dipertimbangkan
tentang kebutuhan maksimal (beban pekerjaan yang akan dikenakan kepada
trafo las tersebut. Apabila beban pekerjaannya besar maka langkah
pemilihannya adalah dapat dipertimbangkan tentang tegangan input: 3PH,
2PH atau 1PH; Ampere output, dipertimbangkan dari diameter elektroda
yang akan digunakan. dan yang paling penting adalah duty cycle dari
trafo tersebut. dalam hal ini pilihlah trafo las yang memiliki duty
cycle yang tinggi untuk ampere yang tinggi, misal duty cycle 100% untuk
arus sampai dengan 200 A. langkah berikutnya gunakan tang ampere untuk
mengecek kesesuaian out put arus pengelasan pada indikator dengan
kenyataannya yang terlihat pada tang ampere. Jenis trafo las juga perlu
dipertimbangkan apakah trafi AC atau DC. hal ini terkait dengan jenis
elektroda yang akan digunakan. jika menggunakan multi electrode,
pilihlah trafo DC. Cara mengoperasikan trafo las terlebih dahulu harus
dilihat instalasinya. kabel tenaga ke trafo las, kabel massa, kabel
elektroda dan kondisi trafo sendiri, apakah pada tempat yang kering atau
basah. setelah diketahui instalasinya baik, maka saklar utama pada
kabel tenaga di on kan, selanjutnya saklar pada trafo las di on kan.
pastikan kabel massa dan kabel elektroda tidak dalam kondisi saling
berhubungan. atur arus pengelasan yang dibutuhkan dan selanjutnya
gunakan untuk mengelas. Apabila proses pengelasan telah selesai, trafo
las dimatikan kembali.<br />
3. Kabel elektroda dan kabel massa<br />
Kabel elektroda dan kabel massa harus menggunakan kabel serabut
sehingga lentur dengan ukuran disesuaikan dengan ampere maksimum trafo
las (lihat ketentuan pada tabel) kabel las. Kabel elektroda dan kabel
massa harus terkoneksi )terinstall dengan kuat dengan trafo las agar
aliran arus pengelasan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam
indikator ampere pada trafo las. Penggunaan kabel elektroda dan kabel
massa pada saat pengelasan harus disiapkan dengan benar, yaitu dalam
kondisi terurai, tidak tertekuk dan saling berlilitan. Dengan kondisi
semacam ini maka aliran arus pengelasan akan maksimal. Jika sudah tidak
dipakai, trafo las dimatikan dan kabel las digulung dan diletakkan
dengan benar tidak saling berbelit agar mudah dalam penggunaan di waktu
yang lain.<br />
4. Pemegang elektroda dan penjepit massa<br />
Penjepit elektroda dan penjepit massa dibuat dari bahan yang mudah
menghantarkan arus listrik. bahan yang biasa digunakan adalah tembaha.
Pada pemegang elektroda pada mulutnya sudah dibentuk sedemikian rupa
sehingga memudahkan tukang las memasang/menjepit pada pemegang
elektroda. Dalam penggunaannya elektroda harus ditempat pada sela-sela
yang ada, dapat diposisikan dengan sudut 180 derajat, 90 derajat atau 45
derajat terhadap pemegang elektroda. Sedang pada penjepit massa dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat mencengkeram dengan kuat pada benda
kerja. Penjepit elektroda maupun penjepit massa tidak diperkenankan
terkena busur las. Pada penjepit elektroda, penggunaan elektroda
disisakan 1 inch sehingga tidak sampai habis menyentuh pemegang
elektroda. Sedangkan pemegang massa tidak diperkenankan untuk menjadi
tempat mencopa elektroda/menyalaka elektroda agar tidak rusak. Penjepit
benda kerja ditempatkan pada dekat benda kerja atau meja las dengan kuat
agar aliran listrik dapat maksimal/tidak banyak arus yang terbuang.<br />
<b>Alat-alat bantu las</b><br />
<b></b> Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar
sesuai fungsinya dan dengan teknik yang benar pula. Di samping itu cara
penyimpanannya harulah ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak saling
bertumpukan dan saling bergesekan satu sama lain.<br />
<img alt="images221" class="size-full wp-image-165 alignleft" height="123" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/images221.jpg?w=137&h=123" title="images221" width="137" /><br />
<img alt="images212" class="size-full wp-image-164 alignleft" height="123" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/images212.jpg?w=136&h=123" title="images212" width="136" /><br />
<img alt="images31" class="size-full wp-image-162 alignleft" height="124" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/images31.jpg?w=127&h=124" title="images31" width="127" /><br />
<img alt="images201" class="size-full wp-image-166 alignnone" height="122" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/images201.jpg?w=149&h=122" title="images201" width="149" /><br />
1. Meja las<br />
Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi yang
dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak
mudah bergerak saat tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan.
Gunakan benda kerja lain saat mencoba penyalaan elektroda dan jangan
dilakukan di meja las.<br />
2. Palu terak<br />
Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil
pengelasan. Dalam menggunakan palu terak ini jangan sampai membuat luka
pada hasil pengelasan maupun pada base metalnya. karena luka bekas
pukulan adalah merupakan cacat pengelasan. Palu terak sebelum digunakan
dicek ketajamannya dan kondisinya. apabila sudah tumpul, maka harus
ditajamkan dengan menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya,
tempatkan palu terak pada tempatnya secara rapi.<br />
3. Palu konde<br />
Palu konde secara standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg.
penggunaan palu konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan
permukaan benda kerja yang berkelok atau melengkung, untuk membentuk
sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau meniadakan
distorsi. atau ditunakan untuk tujuan membantu persiapan pengelasan.
Palu konde juga harus dikontrol kondisinya agar tidak kocak serta dalam
penyimpananya harus tertata rapi dan tidak saling bertumpukan atau
bergesekan dengan alat lainnya.<br />
4. Gerinda tangan<br />
Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di
las berupa penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk
membantu dalam proses pengelasan khususnya dalam pembersihan lasan
sebelum di sambung atau sebelum ditumpuki dengan lasan lapis berikutnya.
gerinda tangan ini juga digunakan untuk membantu dalam memperbaiki
cacat las yang memerlukan penggerindaan dalam persiapannya sebelum
diperbaiki cacat pengelasan tadi.<br />
Dalam penggunaannya :<br />
Periksa kabel gerinda apakah ada yang terkelupas atau tidak, jika ada
segera diisolasi agar operator tidak tersengat listrik. Pastikan saklar
dalam kondisi OFF sebelum kabel dihubungkan pada sumber listrik.
Pastikan batu gerinda terpasang dengan kuat dan tepat dan kemudian
peganglah geridan pada tangkai gerinda dengan kuat. Hubungkan kabel
gerinda pada listrik dan kemudian hidupkan dengan menekan tombol ON.
Gunakan kaca mata putih saat menggerinda. Setelah selesai saklar OFF dan
lepas kembali kabel dari sumber arus. Gulung kabel sedemikian rupa dan
simpanlah pada tempatnya dengan aman dan tidak saling bertindih dengan
alat lain.<br />
<b>Alat keselamatan kerja las</b><br />
Alat keselamatan kerja las adalah sangat fital untuk digunakan.
Penggunaan alat keselamatan kerja las ini akan memberikan jamiman
keselamatan kepada juru las maupun lingkungan. Pada gilirannya akan
meningkatkan produktivitas dan kwalitas hasil lasan.<br />
<img alt="image8" class="alignnone size-full wp-image-177" height="130" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/image8.jpg?w=119&h=130" title="image8" width="119" />Helm Las <img alt="images" class="alignnone size-full wp-image-178" height="115" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/images.jpg?w=128&h=115" title="images" width="128" />sarung tangan las<img alt="images24" class="alignnone size-full wp-image-179" height="133" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/images24.jpg?w=133&h=133" title="images24" width="133" />Apron (pelindung dada)<br />
<img alt="images6" class="alignnone size-full wp-image-181" height="118" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/images6.jpg?w=73&h=118" title="images6" width="73" />Sepatu kerja (kapasitas 2ton)<img alt="images2" class="alignnone size-full wp-image-176" height="200" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/images2.jpg?w=220&h=200" title="images2" width="220" />Alat keselamatan kerja lengkap<br />
macam-macam alat keselamatan kerja las antara lain:<br />
1. Pakaian kerja<br />
Dengan menggunakan pakaian kerja, juru las akan merasa nyaman dalam
bekerja karena tidak berfikir tentang lingkungan yang dapat mengotori
pakaiannya. di samping itu pula dengan menggunakan pakaian kerja juru
las memiliki keleluasaan untuk bergerak mengahadapi pekerjaannya.
pakaian kerja dapat terbuat dari bahan katoon, kulit atau levis. pakaian
kerja jurulas dibuat lengan panjang dan bercelana panjang.<br />
2. Helm las/topeng las<br />
Helm las/topeng las digunakan untuk melindungi muka dari sinar las
(sinar ultraviolet, infra red), radiasi panas las serta percikan bunga
api las. apabila muka juru las tidak dilindungi maka kulit muka akan
terbakar dan sel-sel kulit maupun daging akan rusak. Pada helm las
tertentu didesain dilengkapi dengan masker hidung, yang fungsinya adalah
melindungi diri dari asap las dan debu pengelasan. asap las dan debu
ini akan mengganggu pernapasan dan dapat mengakipatkan penyakit
paru-paru (pernapasan) serta ginjal.<br />
3. Kaca las<br />
Kaca las akan melindungi mata dari sinar las yang menyilaukan, sinar
ultra violet, dan infra red. nyala-nyala ini akan mampu merusak
penglihatan mata juru las, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.
pemilihan kaca las disesuaikan dengan besar kecilnya arus pengelasan
yang digunakan juru las (lihat tabel) pada buku-buku referensi
pengelasan. contohnya adalah untuk pengelasan sampai 150 ampere
menggunakan kaca las NO 10.<br />
<img alt="UV" class="alignnone size-full wp-image-206" height="70" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/uv.jpg?w=584&h=70" title="UV" width="584" /><br />
4.Apron (pelindung dada)<br />
Apron berfungsi untuk melindungi dada dari sinar ultra violet, infra
red, percikan bunga api las dan panas pengelasan. pelindung dada ini
terbuat dari kulit yang lentur.<br />
5. Sarung tangan<br />
Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari sengatan listrik, panas lasan, dan bend-benda yang tajam.<br />
6. Sepatu kulit kapasitas 2 ton<br />
sepatu ini terbuat dari kulit yang pada ujungnya terjadap logam
pelindung dengan kapasitas 2ton. sepatu ini akan melindungi juru las
dari sengatan listrik, kejatuhan benda, benda-benda yang panas dan
benda-benda yang tajam.<br />
<b>3. Menyebutkan jenis bahan/material untuk pengelasan dengan benar<br />
</b><br />
Seorang juru las harus memahami jenis bahan/material yang akan di
las. Apakah bahan tersebut mengandung besi (bahan ferro) ataukah bahan
tersebut adalah bahan yang tidak mengandung besi (bahan non ferro). Di
samping itu pula, seorang juru las harus memperhatikan apakah bahan
tersebut bahan paduan ataukah bahan murni.<br />
Dengan mengetahui jenis bahan dan paduannya, maka akan dapat
menentukan bagaimana proses pengelasan dilakukan, baik persiapan,
pelaksanaan/proses, maupun finishing.<br />
Pada tahap persiapan, akan ditetapkan proses las yang digunakan
(SMAW, GTAW, GMAW, OAW, SAW) berikut gas pelindungnya, jenis elektroda
yang digunakan, adanya pre heating/post heating, jenis polaritas yang
digunakan (AC/DC+/DC-), besar kecilnya arus pengelasan, jenis nyala las
untuk OAW atau tindakan-tindakan lain sehingga mengasilkan pengelasan
yang baik yang memiliki kekuatan mekanis, kimiawi, maupun yang lainnya
relatif sama dengan bahan dasar yang dilas. Pada proses pengelasan.
Hasil dari pengelasan yang baik ini akan memberikan jaminan bagi
pengguna/lingkungan akan keselamatan kerja dan umur konstruksi.<br />
Ihtisar bahan teknik dapat dilihat pada bagan berikut.<br />
<img alt="bahan" class="aligncenter size-full wp-image-172" height="536" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/bahan.jpg?w=828&h=536" title="bahan" width="828" /><br />
Bahan-bahan di atas akan sangat baik jika dilakukan pengelasan dengan
bahan tambah yang memiliki sifat kimia maupun mekanik yang sama dengan
bahan dasarnya.<br />
Pemilihan jenis mesin las, polaritas, besar kecilnya arus pengelasan,
jenis nyala las untuk las OAW dan pengadaan pre heating dan post
heating akan mempengaruhi sifat-sifat kimia maupun mekanis dari bahan
tersebut. Untuk itu perlu ada referensi pengaruh hal-hal tersebut di
atas terhadap hasil lasan, terutama pengaruh kalor terhadap struktur
logam dan sifat-sifatnya.<br />
<b>4. Menyiapkan material sesuai kriteria yang disyaratkan<br />
</b><br />
Meterial untuk pengelasan harus disiapkan dengan sebaik mungkin
sebelum dilakukan pengelasan. Persiapan pengelasan yang baik 80% akan
memberikan jaminan keberhasilan dalam pengelasan.<br />
Hal-hal yang dapat terjadi jika penyiapan material tidak baik yaitu :<br />
<ul>
<li>penetrasi tidak baik (terjadi penetrasi yang berlebihan) karena root
face terlalu tipis, root gap terlalu lebar; atau (tidak terjadi
penetrasi) karena root face terlalu tebal, dan root gap terlalu sempit.</li>
<li>Penyempitan jalur pengelasan (akibat las cacat yang tidak kuat)</li>
<li>misaligment (ketidakrataan benda kerja) karena penempatan material sebelum di las cacat tidak rata/sejajar.</li>
<li>distorsi (perubahan bentuk) karena pengaruh panas</li>
<li>porosity (karena benda tidak dibersihkan dari karat atau bahan lain)</li>
</ul>
Penyiapan material harus disesuaikan dengan WPS (Welder Prosedure
Spesification) atau gambar kerja yang digunakan. WPS adalah sebuah
prosedur standar persiapan material yang dirancang sedemikian rupa
melalui pengujian-pengujian di laboratorium dan dilas oleh juru las yang
profesional. pengujian-pengujian tersebut dapat berupa Radiography
test, Bend Test, uji tarik atau bahkan structure/micro.<br />
Contoh penyiapan benda kerja adalah sebagai berikut :<br />
<img alt="4f-002" class="alignnone size-full wp-image-185" height="255" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/4f-002.jpg?w=340&h=255" title="4f-002" width="340" />hasil yang ingin dicapai<br />
penyiapannya adalah:<br />
material pertama (sisi samping) dibersihkan dari karat atau bahan lain.<br />
material kedua sisi yang berhubungan digerinda rata sehingga pada
saat dihubungkan dan ketika diterawang tidak terdapat celah di
antaranya.<br />
<img alt="fillet-setting1" class="alignnone size-full wp-image-186" height="60" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/fillet-setting1.jpg?w=130&h=60" title="fillet-setting1" width="130" /><br />
Jika di antara benda tersebut masih terdapat celah, maka akan
mengakibatkan penetrasi yang tidak baik . Jika diuji etsa, pada bagian
celah tersebut tidak akan terjadi fusi atau tidak terjadi perpaduan
logam tambah dengan material las, tetapi pada bagian tersebut akan
terisi oleh terak dan disebut cacat slack inclution (terak
terperangkap). karena bagian tersebut terisi terak (bukan logam) maka
pada bagian tersebut akan menjadi titik lemah dari konstruksi.<b></b><br />
<b>5. Menjelaskan penempatan material pada meja kerja sesuai permintaan/spesifikasi<br />
</b><br />
Penempatan benda kerja disesuaikan dengan permintaan, dalam hal ini
adalah menyesuaikan posisi pengelasan. Penempatannya apakah posisi<br />
<ul>
<li>1F, 2F, 3F, 4F, 5F, 6F</li>
<li>1G, 2G, 3G, 4G plate</li>
<li>1G, 2G, 5G, 6G, 6GR (pipa)</li>
</ul>
contoh posisi-posisi pengelasan seperti gambar berikut :<br />
<img alt="aws-fillet3" class="wp-image-188 aligncenter" height="99" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/aws-fillet3.jpg?w=300&h=99" title="aws-fillet3" width="300" /><a href="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/5f1.jpg"><img alt="" class="wp-image-265 aligncenter" height="121" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/5f1.jpg?w=182&h=121" title="5F" width="182" /></a><br />
<div style="text-align: center;">
fillet joint (T-joint)</div>
<img alt="butt-plate1" class="size-medium wp-image-189 aligncenter" height="93" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/butt-plate1.jpg?w=300&h=93" title="butt-plate1" width="300" /><br />
<div style="text-align: center;">
butt joint</div>
<div style="text-align: left;">
<img alt="1g" class="size-full wp-image-191 aligncenter" height="202" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/1g.jpg?w=185&h=202" title="1g" width="185" />Posisi
pengelasan 1G pipa, pada pengelasan pipa 1G ini, pipa diputar dan
pengelasan tetap memposisikan elektroda di atas material.</div>
<div style="text-align: center;">
<img alt="2g1" class="size-full wp-image-192 aligncenter" height="202" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/2g1.jpg?w=185&h=202" title="2g1" width="185" />Pengelasan 2G pipa, Pipa diam, juru las mengelas mengitari pipa</div>
<div style="text-align: left;">
<img alt="5g" class="size-full wp-image-193 aligncenter" height="202" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/5g.jpg?w=185&h=202" title="5g" width="185" />Pengelasan
5G pipa, pipa diam, juru las mengelas diawali dari bagian bawah terus
melingkan berhenti di pipa bagian atas pada sisi sebelahnya. pada sisi
lain dilakukan dengan cara yang sama yaitu diawali dari bawah terus
melingkar dan berhenti di atas. pengelasan ini disebut dengan posisi
pengelasan 5G up Hill.</div>
<div style="text-align: center;">
<img alt="hasil-6g3" class="alignnone size-full wp-image-194" height="160" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/hasil-6g3.jpg?w=230&h=160" title="hasil-6g3" width="230" /></div>
<div style="text-align: left;">
Posisi pengelasan di atas adalah posisi 6G.
pemasangan pipa dimiringkan 45 derajat terhadap sumbu horizontal.
pengelasan dilakukan dari pipa bagian bawah terus melingkar ke arah
kanan/kiri dan berhenti di atas. dilanjutkan dengan pengelasan
sebaliknya diawali dari bawah dan terus melingkar berhenti di bagian
atas. Cara pengelasan seperti ini disebut 6G up hill.</div>
<div style="text-align: left;">
Angka-angka pada posisi-posisi pengelasan
tersebut di atas menunjukkan tingkatan-tingkatan posisi pengelasan.
Angka yang semakin tinggi berarti menujukkan kwalifikasi yang tinggi
pula.</div>
<div style="text-align: left;">
Posisi-posisi pengelasan di atas menunjukkan
kwalifikasi juru las yang berhak mengelasnya. jika juru las memiliki
sertifikat kwalifikasi 6G, maka juru las tersebut diperbolehkan untuk
mengelas semua posisi. Tetapi jika juru las tersebut memiliki sertifikat
4G plate, maka juru las tersebut tidak boleh menglas pipa posisi
apapun, tetapi bileh mengelas posisi pengelasan 1F, 2F, 3F, 4F maupun
1G, 2G, 3G dan 4G.</div>
<div style="text-align: left;">
=======================================</div>
<div style="text-align: left;">
<b>Unit Kompetensi : Mengeset Mesin Las dan Elektroda</b></div>
<ol>
<li>Teknik perangkaian peralatan las busur metal manual dipahami dengan benar baik (AC/DC)</li>
<li>Peralatan las busur manual dirangkai sesuai prosedur dengan kuat dan aman</li>
<li>Penentuan polaritas (AC/DC+/DC-) ditetapkan sesuai kebutuhan tujuan pengelasan</li>
<li>Penentuan elektroda dan arus disesuaikan dengan kegunaan pengelasan</li>
</ol>
<b>PENJELASAN :</b><b></b><br />
Teknik dalam merangkai peralatan las busur manual ini harus dipahami
oleh juru las. Tujuannya adalah agar pada saat melaksanakan perangkaian
tidak menimbulkan kecelakaan atau kesulitan. Hal-hal yang perlu dipahami
adalah :<br />
<ul>
<li>Alat keselamatan kerja yang dibutuhkan untuk merangkai peralatan las dan cara penggunaannya</li>
<li>Bagian-bagian yang harus dikontrol sebelum perangkaian dilakukan</li>
<li>Posisi tubuh (sikap kerja) pada saat merangkai</li>
<li>Hal-hal yang harus dikontrol setelah proses merangkai selesai dilaksanakan</li>
</ul>
Kegiatan ini harus dapat diketahui dan dilakukan oleh juru las, agar
proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Jika kegiatan ini tidak
dapat dilakukan oleh seorang juru las, maka disaat proses produksi harus
berlangsung juru las harus menunggu teknisi untuk merangkaikan
peralatan lasnya. Keadaan seperti ini dapat menurunkan produktivitas
perusahaan.<br />
Pemahaman tentang polaritas pengelasan wajib diketahui oleh juru las.
Polaritas akan menentukan hasil pengelasan yang dilakukannya, misalkan
penembusan dangkal, sedang atau dalam. Berdasarkan pengetahuan tersebut,
juru las akan dapat menentukan polaritas apa yang dipakai untuk
melakukan pengelasan pada logam ketabalan, jenis bahan dan posisi
pengelasan tertentu.<br />
berikut data tentang polaritas dan pengaruhnya terhadap pengelasan.<br />
<img alt="untitled2" class="alignnone size-full wp-image-200" height="125" src="http://gurulas.files.wordpress.com/2008/08/untitled2.jpg?w=635&h=125" title="untitled2" width="635" /><br />
Ketentuan di atas akan memberikan petunjuk bagi juru las untuk
mempersiapkan peralatan las untuk pengelasan dengan tujuan tertentu.<br />
Mengeset peralatan las busur manual harus dilaksanakan dengan benar,
kuat dan aman. keadaan semacam ini akan memberikan jaminan terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja. keselamatan yang dimaksud di sini
adalah selamat bendanya (tidak rusak) selamat orangnya dan selamat
lingkungannya. Kabel-kabel dihubungkan dengan teknik yang benar dan kuat
sesuai dengan SOP.<br />
pemilihan jenis elektroda dan arus pengelasan disesuaikan dengan
kebutuhan pengelasan. jenis elektroda dapat dilihat dari kode aws nya.
misalnya AWS E 6010. di mana AWS kepanjangan dari American Welding
Society. E= Electrode 60 = kekuatan tarik minimum 60000 psi, 1 = kode
yang menunjukkan elektroda tersebut dapat digunakan untuk semua posisi
pengelasan dan 0 = adalah jenis salutan elektroda (cellulose) dan arus
yang digunakan (DC+). untuk kode-kode jenis elektroda yang lain akan
mempunyai spesifikasi penggunaan yang berbeda-benda.<br />
jenis elektroda ini secara berturut-turut adalah AWS E XX10, AWS E
XX10, AWS E XX11, AWS E XX12, AWS E XX13, AWS E XX14, AWS E XX15, AWS E
XX16, AWS E XX17, AWS E XX18.<br />
di samping berdasarkan jenisnya, pemilihan elektroda juga didasarkan
pada ukuran diameter kawat elektroda. diameter kawat elektroda ini akan
menentukan besar kecilnya arus pengelasan. besar kecilnya elektroda ini
dipilih berdasarkan tebal atau tipisnya benda yang akan dilas atau tebal
dan tipisnya hasil pengelasan yang diharapkan.<br />
===========================DENY ASNANDARhttp://www.blogger.com/profile/15101239683059883077noreply@blogger.com0